Riauterkini-PEKANBARU-Seorang murid kelas VI SDN 108 Tengkerang Labuai Kec. Bukit Raya Pekanbaru bernama Muhammad Abdul Rohid meregang nyawa setelah diduga menjadi korban bully di sekolahnya. Peristiwa tersebut terjadi pada Kamis 13 November 2025 pada saat korban dan teman–temannya belajar kelompok di dalam kelas, kemudian korban menerima bullyan dengan cara kepala korban ditendang oleh murid inisial FT. Peristiwa tersebut sudah dilaporkan oleh teman korban inisial Ark kepada Walikelas yang juga ada di dalam kelas akan tetapi walikelas hanya mengatakan iya, tunggu.
Sesampainya di rumah, korban menangis dan mengatakan kepada ibunya bahwa ia tidak mau lagi bersekolah. Sampai besok siangnya korban mengalami lumpuh, pada saat itulah ia bercerita bahwa kemarin kepalanya ditendang oleh teman kelasnya FT dan korban mengatakan tidak mau lagi bersekolah.
Karena keterbatasan biaya, korban dibawa ke pengobatan alternatif, akan tetapi saran dari pengobatan alternatif itu, agar korban dibawa ke rumah sakit. Kemudian korban dibawa ke puskesmas tetapi ternyata puskesmasnya tutup karena saat itu hari Sabtu. Akhirnya korban dirawat di rumah. Selama lumpuh itu korban beberapa kali mengingat–ingat dan menceritakan peristiwa kepalanya yang ditendang oleh FT.
Sebelum meninggal, korban menyampaikan pesan kepada ibunya minta dimandikan dan digelarkan tikar, karena nanti rumah mereka akan ramai. Tepat pada hari Ahad pukul 02.00 WIB, korban menghembuskan nafas terakhirnya di saat keluarganya tertidur.
Sebelumnya pada Oktober 2025 korban juga sering menerima bullyan dari teman sekelasnya yang lain berinisial SM. Pada saat itu korban sering dipukul dadanya. Akibat bully tersebut, korban bahkan sempat dirawat selama satu minggu di Rumah Sakit PMC Pekanbaru. Terhadap peristiwa tersebut, pihak sekolah telah memanggil orang tua pelaku dan orang tua korban dan pada saat itu orang tua pelaku meminta maaf kepada orang tua korban.
Korban dikenal sangat baik dan rajin sholat berjamaah di masjid dekat rumahnya yang berada di Perumahan Kasadaran Indah Blok A – 10 Jalan Kesadaran – Pekanbaru. Beberapa jamaah bahkan menyebut korban sebagai anak masjid, sehingga kepergian korban tidak hanya meninggalkan kesedihan keluarganya akan tetapi juga dirasakan oleh jamaah masjid dan warga lainnya.
Suroto, SH saat diwawancarai redaksi mengatakan, “Kami sangat menyayangkan masih ada saja dugaan perundungan atau bullying yang terjadi di sekolah. Terhadap korban yang sudah meninggal dunia, keluarga meminta dibuat terang peristiwa ini. Setelah terang nanti apakah keluarga akan mengambil langkah hukum atau tidak, sementara ini belum diputuskan.”
"Sebelum dimakamkan tadi keluarga belum putuskan akan mengambil langkah hukum atau tidak, keluarga masih menunggu dalam waktu secepatnya bagaimana respon pihak sekolah, dinas dan orang tua pelaku," terusnya.
Awalnya keluarga korban tidak ingin mengangkat persoalan ini apalagi sampai menunjuk kuasa hukum. Akan tetapi setelah mendapat masukan dari Suroto, SH selaku Ketua Tima Advokat Pejuang Keadilan (TAPAK) Riau, bahwa musibah yang dialami korban perlu diangkat, agar ada evaluasi oleh Pemerintah sehingga kejadian yang sama tidak terjadi di sekolah-sekolah yang lain. Dan bantuan hukum yang diberikan TAPAK Riau sama sekali tidak dipungut biaya. ***(rls/yan)