Riauterkini-ROKAN HILIR — Perubahan iklim dan isu keberlanjutan seringkali menjadi bayang-bayang yang membatasi langkah pemuda di tingkat desa. Namun, stigma keterbatasan itu tak berlaku bagi para pemuda di Kepenghuluan Bangko Permata dan Bangko Jaya, Kabupaten Rokan Hilir.
Di sana, sekelompok anak muda telah membuktikan bahwa potensi desa jauh lebih besar. Mereka menunjukkan kemandirian dengan menciptakan lapangan kerja berbasis green jobs, di mana limbah yang tak berguna dan hambatan pertanian berhasil mereka ubah menjadi inovasi ramah lingkungan yang mengalirkan keuntungan ekonomi secara berkelanjutan.
Inilah kisah sukses Program Green Jobs yang merupakan turunan dari inisiatif Desa Energi Berdikari (DEB) PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona Rokan. Program ini secara khusus menyasar pemuda desa sebagai agen perubahan yang dibekali kemampuan untuk menenun pertumbuhan ekonomi dengan kelestarian lingkungan.
Dimulai sejak awal 2025, PHR berkolaborasi dengan Yayasan Rumah Energi memberikan pelatihan intensif, mulai dari merancang model bisnis, meramu ide, hingga pendampingan usaha. Dari enam kelompok yang terbentuk, tiga kelompok berhasil menonjol dengan ide yang relevan, layak secara teknis, dan berorientasi pada keberlanjutan.
Muhammad Jasmi misalnya, koordinator Kelompok Budidaya Jamur Merang, membuktikan bahwa peluang bisa tumbuh dari sampah. Kelompoknya berhasil memanfaatkan tangkos (tandan kosong kelapa sawit), limbah yang sebelumnya tak bernilai jual, menjadi media tanam jamur merang yang subur.
"Permintaan pasar jamur merang di sini sangat tinggi, tapi belum ada yang membudidayakannya. Dengan memanfaatkan tangkos, kami tidak hanya mengurangi limbah sawit, tapi juga mengisi kekosongan pasar," ujar Jasmi. Usaha ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga memutus mata rantai limbah yang selama ini menjadi persoalan.
Dari sisi pendapatan, kelompok yang diketuai Jasmi ini berhasil meraup pendapatan Rp2 hingga 3 juta untuk panen perdananya.
Di sektor pertanian, Fery Iswandi dan kelompoknya mengaplikasikan teknologi Internet of Things (IoT) untuk menjawab tantangan klasik petani desa: irigasi dan hama. Integrasi Irigasi Otomatis dan Pengusir Hama Monyet Berbasis Smartphone adalah solusi cerdas mereka.
"Kami sering meninggalkan lahan untuk kegiatan lain, sementara hama monyet terus mengganggu. Dengan sistem otomatis berbasis smartphone yang ditenagai solar panel, kami bisa mengaktifkan irigasi dan sensor pengusir hama dari jarak jauh. Pertanian jadi lebih efisien dan terjamin," jelas Fery. Inovasi ini mengubah cara bertani konvensional menjadi model pertanian modern yang hemat energi dan waktu.
Saat ini kelompok pertanian organik sedang proses panen dan menanam timun. Saat ini kelompok tersebut sedang proses panen dengan potensi pendapatan 200 kg, dengan hasil Rp 2 jutaan. Ini menjadi semangat dan peluang bagi mereka di desa.
Kemudian Budi Syaputra, pemimpin Kelompok Maggot Heroes, berfokus pada solusi pengolahan limbah organik rumah tangga. Kelompok ini melihat sampah sebagai sumber daya.
"Masalah sampah yang belum terkelola dengan baik di sekitar kami menjadi motivasi. Kami mengolah sampah organik menjadi maggot," kata Budi. Maggot, dengan kandungan protein tinggi, kini digunakan sebagai pakan ternak tambahan bagi kelompok mereka. Budi menyadari potensi besar di masa depan mengingat banyaknya peternak lokal yang membutuhkan alternatif pakan berkualitas.
Manager Community Involvement & Development (CID) PHR, Iwan Ridwan Faizal menerangtkan bahwa green jobs adalah rangkaian strategis PHR untuk menciptakan sinergi antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
"Kami bertujuan menciptakan lapangan kerja yang mendorong kemandirian energi dan pengelolaan sumber daya berkelanjutan. Inovasi seperti pemanfaatan tangkos, irigasi IoT, dan Maggot Heroes adalah bukti nyata bahwa pemuda desa mampu menciptakan solusi yang berdampak jangka panjang," kata Iwan.
Dengan berinvestasi pada pemuda dan ekonomi hijau, PHR berharap dapat menciptakan ekosistem bisnis baru di sektor-sektor strategis seperti energi terbarukan dan pengelolaan limbah. Kisah sukses Jasmi, Fery, dan Budi beserta anggota kelompoknya bukan hanya tentang keuntungan finansial, tetapi tentang menciptakan lingkungan yang lebih bersih, maju dan masa depan yang lebih sehat bagi generasi penerus di Rokan Hilir.
Kini, tiga kelompok pemuda ini telah menjadi pilot project yang siap menginspirasi pemuda lain, membuktikan bahwa masa depan yang hijau dan sejahtera ada di tangan mereka yang berani berinovasi. Program ini merupakan salah satu dampak dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PHR untuk masyarakat di sekitar wilayahoperasi.***(rls)
Foto: Salah satu kelompok Maggot Heroes binaan PHR yang berfokus pada limbah organik rumah tangga di Rokan Hilir.