Riauterkini-PEKANBARU-Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono berharap pemerintah melakukan penundaan pengenaan tarif pajak ekspor CPO atau minyak kelapa sawit mentah karena situasi global yang masih belum menentu. Apalagi terjadi pula perang antara India dan Pakistan. Padahal keduanya adalah importir CPO dari Indonesia.
Hal itu disampaikannya saat menghadiri Andalas Forum V yang diinisiasi oleh Gapki Riau di SKA Co EX Pekanbaru, 22-23 Mei 2025 lalu. Andalas Forum V Tahun 2025 tersebut bertemakan Hambatan, Tantangan, dan Sinergi dalam Pengelolaan Industri Kelapa Sawit Indonesia yang Berkelanjutan, dengan sponsor utama acara adalah Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP).
Eddy Martono mengatakan, tema yang diangkat sangat relevan dengan situasi saat ini. Menurutnya, industri sawit tengah menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam negeri maupun tekanan global yang tak mudah untuk dihadapi.
"Hambatan-hambatan ini masih terus ada dan memerlukan perhatian bersama. Di sisi lain, kita juga dituntut untuk mengambil peran dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045," ujarnya melalui rilis yang diterima riauterkini.com, Rabu (28/05/25).
Ia juga menekankan pentingnya peran pemerintah dalam membantu menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi industri sawit nasional. Menurutnya, sektor ini sangat penting karena memberikan kontribusi besar bagi pendapatan negara, penghidupan petani, dan penyerapan tenaga kerja. Eddy juga mengingatkan bahwa saat banyak industri lain mengalami penurunan, bahkan pemutusan hubungan kerja pada 2021 dan 2022, industri sawit masih bisa bertahan. Karena itu, ia menegaskan pentingnya menjaga keberlangsungan industri kelapa sawit di Indonesia secara berkelanjutan dan berdaya saing.
Sementara itu, key note speaker mewakili Menteri Pertanian, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Heru Tri Widarto, berharap event Andalas Forum V ini memberi banyak masukan positif bagi pemerintah sehingga kebijakan dapat lebih memahami keinginan para pelaku industri sawit.
Heru menyebutkan bahwa tantangan-tantangan tersebut tidak hanya berasal dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Ia menyinggung situasi geopolitik seperti konflik India dan Pakistan, serta kebijakan Amerika Serikat, yang turut mempengaruhi ekspor sawit Indonesia. Karena itu, forum seperti ini penting untuk menjadi wadah diskusi yang bisa menghasilkan solusi konkret demi menyelaraskan kebijakan pemerintah dengan kebutuhan industri secara keseluruhan.
Di lokasi yang sama, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Syahrial Abdi, yang hadir mewakili Gubernur Riau, menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya kegiatan ini di Riau. Ia menilai forum ini sangat strategis karena Riau merupakan salah satu daerah penghasil sawit terbesar di Indonesia.
"Kami berharap dari kegiatan ini akan lahir rekomendasi yang bisa memperkuat tata kelola sawit berkelanjutan, serta meningkatkan kesejahteraan petani sawit di Riau," tuturnya.
Terpisah, Ketua Panpel Andalas Forum V, Dede Putra Kurniawan, menjelaskan bahwa forum ini menjadi ruang diskusi dan pameran bagi para pelaku industri sawit untuk bertukar ide dan pengalaman, sekaligus memamerkan berbagai produk unggulan dari masing-masing perusahaan. Beragam perusahaan besar yang bergerak di sektor perkebunan dan pengolahan kelapa sawit turut serta dalam kegiatan ini. Mereka menampilkan berbagai inovasi produk serta teknologi pengolahan sawit yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, forum ini juga menjadi ajang promosi dan kolaborasi antar pelaku usaha dalam rangka menciptakan industri sawit yang berkelanjutan.
"Kegiatan ini kami rancang sebagai sarana berbagi pengalaman dan menjalin sinergi antar pelaku usaha, agar bisa bersama-sama mengembangkan industri sawit yang ramah lingkungan," kata Dede.
Tak lupa pula ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta, sponsor, serta pihak-pihak yang telah mendukung terselenggaranya forum tersebut. Menurutnya, kolaborasi yang terjalin menjadi kunci untuk menciptakan industri sawit yang adaptif dan berkelanjutan di masa depan. Andalas Forum V ini tidak hanya menjadi tempat berdiskusi, tetapi juga menjadi ajang edukasi dan pengenalan terhadap perkembangan industri sawit Indonesia kepada masyarakat luas.
"Dengan semangat sinergi, diharapkan pelaku usaha dan pemangku kepentingan dapat terus mendorong transformasi industri sawit ke arah yang lebih baik," tutupnya.***(rls/gas)