Riauterkini-JAKARTA - Inovator muda dari seluruh Indonesia berkumpul hari ini di Youth Innovation Challenge 2025 di Jakarta untuk mempresentasikan inovasi berdampak untuk mempercepat transformasi sistem agripangan nasional. Kompetisi ini diselenggarakan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta organisasi berbasis kepemudaan, Pijar Foundation dan World Food Forum Indonesia.
Sebanyak 12 start-up tahap awal dan enam naskah kebijakan terpilih dari lebih dari 230 proposal dengan tema Ekonomi Sirkular untuk Masa Depan Berkelanjutan. Inovasi-inovasi ini mencakup berbagai bidang, mulai dari memastikan sistem agrifood yang terintegrasi dan berkelanjutan, meningkatkan akses modal yang inklusif, memberdayakan petani dengan teknologi yang aplikatif, dan membantu Indonesia mengurangi kehilangan dan pemborosan pangan.
"Berbagai inovasi ini membuktikan bahwa anak muda Indonesia mampu menjawab tantangan global dengan solusi lokal yang berdampak dan cerdas. Youth Innovation Challenge merupakan titik awal bagi pengabdian anak muda yang lebih besar kepada Indonesia, dan momentum bagi kami untuk memperkuat kolaborasi dalam mendukung inovasi anak muda," ujar Esa Sukmawijaya, Asisten Deputi Pengembangan Kepemudaan Global Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Youth Innovation Challenge memberikan bimbingan dan pelatihan kepada para peserta yang menghadirkan wawasan praktis dan panduan personal untuk memperkuat strategi bisnis, skalabilitas, dan dampak, serta peluang jejaring dengan para pakar industri dan investor.
Aspirasi mereka juga disuarakan langsung kepada perwakilan pemerintah dari Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, dan Kementerian Pemuda dan Olahraga melalui dialog kebijakan.
“FAO menyadari tantangan berkelanjutan yang dihadapi kaum muda: meskipun inovator muda di seluruh negeri penuh dengan ide, hanya ada sedikit wadah yang menghubungkan mereka dengan peluang nasional dan pengaruh kebijakan. Youth Innovation Challenge diciptakan untuk menjembatani kesenjangan ini, membantu mengubah ide-ide tahap awal menjadi solusi yang dapat diterapkan untuk setiap masyarakat yang membutuhkan,” ujar Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Aryal.
Di Indonesia, petani kian menua; 80% dari mereka telah berusia 40 tahun ke atas menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023. Sementara itu, separuh dari pengangguran di Indonesia adalah anak muda berusia 15-29 tahun.
“Tantangan ini bersifat global. Laporan FAO tahun 2025 berjudul ‘The Status of Youth in Agrifood Systems’ mengungkapkan bahwa lebih dari 20 persen pemuda tidak memiliki pekerjaan dan mengikuti pendidikan atau pelatihan (NEET). Menjembatani kesenjangan pekerjaan bagi pemuda di bidang pertanian dapat meningkatkan ekonomi global sebesar 1,4 persen, setara dengan 1,5 triliun dolar AS,” tambah Rajendra.
Youth Innovation Challenge memberikan total hadiah sebesar Rp84 juta (USD 5.034) kepada 10 inovator muda. Dalam kategori seed start-up, pemenang meliputi IJO dengan inovasi biostimulan berbasis rumput laut untuk tanaman padi dan hortikultura; Arconesia yang menyediakan wadah digital untuk membantu petani kecil menerapkan berfokus pada penanaman tumpang sari yang ramah iklim di perkebunan kelapa sawit; serta BECAK BABEL yang mengkombinasikan limba sisa pembakaran batu bara PLTU dengan limbah organik pertanian dan sisa makanan untuk memproduksi pupuk organik serta budidaya maggot untuk mengurai limbah.
Pemenang dalam kategori pre-seed start-up meliputi MySalak yang menghadirkan solusi berbasis IoT dan AI untuk pengendalian hama lalat buah di perkebunan salak; Humatera yang mengembangkan vertikultur dengan komposter dan irigasi otomatis mengubah limbah dapur menjadi sumber pangan keluarga di lahan sempit perkotaan; serta Dyenco yang berfokus pada pengolahan limbah kulit kakao menjadi produk bernilai tinggi dan ramah lingkungan di industri pengolahan pewarna tekstil serta industri baju.
Sementara itu, dalam kompetisi naskah kebijakan, pemenang meliputi Rifaldi Majid yang mendesain model pembiayaan inklusif berkelanjutan berbasis wakaf untuk petani skala kecil, Husein Muhammad yang mengajukan circular food governance melalui program makan bergizi gratis (MBG), serta Farah Mutia Rachman dengan usulan kebijakan audit pangan dan pemetaan sensori untuk efektivitas program MBG.
“Youth Innovation Challenge bukan sekadar kompetisi; ini adalah awal dari sebuah gerakan kolektif. Sebuah gerakan yang menyatukan pemerintah, organisasi internasional, akademisi, sektor swasta, dan generasi muda, untuk memastikan bahwa ide-ide inovatif dari para pemuda ini akan diimplementasikan, dikembangkan, dan diintegrasikan ke dalam kebijakan dan tindakan nyata,” ujar Direktur Eksekutif Pijar Foundation, Cazadira F. Tamzil.
“Kami yakin bahwa dengan platform seperti Youth Innovation Challenge dan dukungan kuat dari semua pihak, terutama pemerintah dan sektor swasta, generasi muda memiliki potensi yang signifikan untuk mewujudkan sistem agrifood yang tangguh dengan inovasi dan solusi kami,” ujar Clara Citra Arundati, Direktur Cabang World Food Forum Indonesia.***(rls)
teks foto:
Inovator muda dari seluruh Indonesia berkumpul di Youth Innovation Challenge 2025 untuk mempresentasikan inovasi berdampak untuk mempercepat transformasi sistem agripangan nasional pada Sabtu (08/11) di Jakarta. Kompetisi ini diselenggarakan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta organisasi berbasis kepemudaan, Pijar Foundation dan World Food Forum Indonesia. (Kredit: FAO)