Riauterkini - PEKANBARU - Anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat Komisi VI, Achmad, mengingatkan PT Pertamina agar memastikan ketersediaan BBM dan gas selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Ia menegaskan, masa liburan seharusnya menjadi waktu masyarakat menikmati perjalanan dan kebersamaan keluarga, bukan justru dihadapkan pada antrean panjang dan kelangkaan energi.
Menurut Achmad, setiap tahun momentum Nataru selalu diiringi peningkatan mobilitas masyarakat. Jika tidak diantisipasi dengan baik, persoalan stok dan distribusi BBM berpotensi menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
“Harusnya di masa liburan masyarakat happy. Jangan sampai liburan malah jadi pusing karena BBM langka, antrean panjang, atau distribusi yang terputus,” ujar Achmad.
Ia meminta Pertamina benar-benar siaga penuh, tidak hanya mengandalkan laporan kesiapan di atas kertas, tetapi memastikan kondisi riil di lapangan.
Akses menuju SPBU, kata dia, harus dipastikan lancar, termasuk menyiapkan opsi distribusi jika cuaca buruk atau bencana alam menghambat jalur suplai.
Achmad juga menyoroti antrean panjang BBM dan LPG yang kini terjadi di sejumlah daerah secara nasional. Kondisi ini dinilainya dapat mengganggu aktivitas transportasi, termasuk distribusi sembako, yang berdampak langsung pada perekonomian masyarakat.
“Kalau kendaraan angkutan sampai berjam-jam antre BBM, ini kerugian besar. Dampaknya bukan cuma ke pengemudi, tapi ke harga dan ketersediaan kebutuhan pokok,” tegasnya.
Kelangkaan solar menjadi perhatian khusus Achmad. Ia mengaku menerima banyak keluhan dari SPBU terkait stok solar yang terbatas dan pengisian ulang yang lambat, sehingga memicu antrean panjang dan kemacetan lalu lintas.
Selain memastikan stok, Achmad menekankan pentingnya pengawasan ketat agar BBM subsidi tidak diselewengkan ke sektor industri.
Menurutnya, jika secara data stok dinyatakan aman namun di lapangan tetap terjadi kelangkaan, maka patut dicurigai adanya kebocoran distribusi.
“Kalau kebutuhan masyarakat sudah dihitung dan stok dilebihkan, tapi tetap langka, berarti ada masalah. Pengawasan harus diperketat dan sanksi tegas diberikan,” katanya.
Ia juga menyoroti kesiapan transportasi umum dan jalur penyeberangan utama seperti Merak–Bakauheni yang menjadi urat nadi konektivitas Sumatera–Jawa.
Kendaraan, menurutnya, harus dipastikan laik jalan agar tidak menambah beban masyarakat di tengah arus liburan.
Achmad menegaskan bahwa BBM adalah urat nadi perekonomian. Karena itu, Pertamina diminta bergerak cepat jika terjadi gangguan, tanpa menunggu persoalan viral di media sosial.
“Ini kejadian yang berulang setiap tahun. Harusnya jadi pelajaran agar bisa diantisipasi. Jangan anggap antrean panjang sebagai hal biasa,” pungkasnya.***(mok)