riauterkini-JAKARTA – Pada peringatan Hari Kemanusiaan Sedunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa di Indonesia mengingat dan menghormati keberanian serta komitmen para pekerja kemanusiaan yang mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan orang lain di tengah krisis. Kami bergabung dalam seruan global untuk segera mengambil aksi dalam melindungi para pekerja kemanusiaan dan warga sipil yang terjebak di zona konflik.
Tema Hari Kemanusiaan Sedunia tahun ini, #ActForHumanity atau #BeraksiUntukKemanusiaan, menekankan pentingnya penegakan hukum humaniter internasional dan melindungi mereka yang mempertaruhkan nyawanya untuk menyalurkan bantuan.
Dalam peringatan tahun ini, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menegaskan bahwa “Pekerja kemanusiaan adalah garis hidup terakhir bagi lebih dari 300 juta orang [di seluruh dunia] yang terjebak dalam konflik atau bencana. Namun, pendanaan untuk garis hidup ini kian menipis. Dan mereka yang menyalurkan bantuan kemanusiaan semakin sering menjadi sasaran serangan.” Sekretaris Jenderal juga menekankan bahwa “Hukum internasional sangat jelas: pekerja kemanusiaan harus dihormati dan dilindungi. Mereka tidak boleh dijadikan target serangan.”
Pada tahun 2023, komunitas kemanusiaan global menghadapi tahun paling mematikan dalam catatan sejarah, dengan 420 pekerja kemanusiaan terbunuh akibat kekerasan. Angka ini meningkat drastis sebesar 169 persen dibandingkan 2022, ketika ada 248 pekerja kemanusiaan yang kehilangan nyawa. Tren ini berlanjut hingga 2025, dengan 844 pekerja kemanusiaan terbunuh sejak tahun lalu hingga 17 Agustus, yang semakin menunjukkan besarnya risiko yang dihadapi mereka yang berada di garis depan krisis.
“Normalisasi kekerasan terhadap pekerja kemanusiaan tidak dapat diterima dan mengancam fondasi dari kerja kemanusiaan itu sendiri, yang bertujuan menjangkau mereka yang paling membutuhkan,” ujar Thandie Mwape, Kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Indonesia. “Di Hari Kemanusiaan Sedunia ini, kami mengenang mereka yang telah membayar harga tertinggi demi kemanusiaan. Kami juga mengapresiasi Indonesia sebagai tempat yang aman serta atas perannya dalam membela hak asasi manusia di tingkat global.”
Konflik yang masih berlangsung di Gaza telah menjadi lokasi paling mematikan bagi pekerja kemanusiaan, dengan lebih dari 250 orang terbunuh sejak Oktober 2023. Kekerasan ekstrem di Sudan dan Sudan Selatan juga terus menambah angka korban, baik sepanjang tahun 2023 maupun hingga 2024.
Hari Kemanusiaan Sedunia tahun ini ditandai dengan kampanye digital global melalui tagar #ActForHumanity. Hari ini, sebuah film pendek yang menuntut akuntabilitas para pemimpin dunia dan pihak-pihak yang berkonflik akan diluncurkan, bersamaan dengan aktivasi media sosial yang menyoroti konsekuensi serius dari pelanggaran hukum humaniter internasional.
Di Jakarta, PBB bersama organisasi-organisasi kemanusiaan akan menyelenggarakan “Humanitarian Night” di Pos Bloc, Jakarta Pusat, pada 22 Agustus. Acara ini akan menampilkan pertunjukan budaya, talk show kemanusiaan, musik, serta pameran yang menampilkan karya berbagai organisasi kemanusiaan.
“Di dunia di mana prinsip-prinsip kemanusiaan semakin terancam, semangat gotong royong Indonesia memberi harapan. Kemitraan antara pemerintah dan masyarakat sipil adalah jawaban lokal kita terhadap seruan global untuk #ActForHumanity. Kami berkomitmen terhadap model ini, dengan memastikan perempuan dan anak perempuan ada di pusat dari upaya membangun Indonesia yang tangguh,” kata Hassan Mohtashami, Perwakilan UNFPA di Indonesia.
Peringatan Hari Kemanusiaan Sedunia tahun ini menjadi pengingat akan pentingnya membela nilai kemanusiaan, memperjuangkan keadilan, serta menegakkan prinsip-prinsip utama yang memandu upaya kemanusiaan di seluruh dunia.***(rls/yan)
Teks foto: Di Khan Younis, Gaza, para pekerja kemanusiaan UNRWA menyelenggarakan kegiatan rekreasional dan dukungan psikososial bagi anak-anak, serta lokakarya peningkatan kesadaran bagi orang tua tentang cara mendukung anak di masa konflik. (Credit: UNRWA)